![]() |
Komoditi tomat.(mardi/telegrafnews) |
TELEGRAF- Kurangnya pasokan dan tingginya permintaan menjadi salah satu penyebab menukiknya inflasi.
Di Kota Manado misalnya, memasuki musim penghujan sangat rentang dengan pergerakan harga kelas bawang rica tomat, (Barito). Sebab diketahui, barito bila kelebihan debit air, tak mampu bertahan hidup.
“Hal inilah (musim hujan) yang memungkinkan barito menjadi pemicu inflasi jika di November hujan terus,” ujar Pemerhati Ekonomi Agus Tony Poputra, pada telgrafnews.co, Rabu, (2/11) 2016.
Tapi dengan kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), untuk menstabilkan harga dengan berbagai cara. Disinyalir mampu memutus mata rantai inflasi, agar harga tetap terjaga.
“Kita lihat saja hasil finalnya, apalagi saat ini momen akhir tahun, pada umumnya harga bahan pokok bergerak naik,” tukas Poputra.
Pantaun harga sembako dan bumbu dapur di dua sentra pasar tradisional di Kota Manado, Bersehati dan Pasar Karombasan.
Harga tomat tepantau, setiap harinya mengalami tiga kali pergerakan harga. Pagi Rp7.000/Kg, siang antara Rp10.000-Rp12.000/Kg, dan sore harinya antara pukul 16.00-18.00 Wita anjlok di Rp6.000/Kg (tergantung kondisi tomat).
“Saat ini stok tomat menipis. Ini wajar, mengingat memasuki musim penghujan. Jika sepanjang November ini hujan, tomat mampu menyentuh harga 300% dari normalnya Rp5.000/Kg,” ujar Monica Rauf penjual bumbu dapur di Pasar Bersehati.
Tak terkecuali di beberapa sentra pasar tradisional di kabupaten/kota di Sulawesi Utara (Sulut), pergerakan naik harga tomat, mulai terlihat.
Di Pasar Beriman Tomohon misalnya, tomat dari Rp5.000/Kg, naik tajam menjadi Rp26.000/Kg.
Tak terkecuali di Pasar Girian Bitung, dari normal Rp10.000/Kg, awal November kemarin naik 100% menjadi Rp20.000/Kg.
Sementara harga bumbu dapur lainnya, seperti cabai, bawang, jeruk nipis, daun bawang, meski ikut mengalami kenaikan tapi suplai masih stabil. Demikian, daya beli masyarakat masih terkontrol.
Meski demikian, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut, meminta kerjasama yang baik pada instansi terkait dan penegak hukum, agar harga tidak dipermainkan pedagang, dan menghindari aksi penimbunan.
“Koordinasi bersama aparat penegak hukum juga akan diperkuat untuk mencegah terjadinya penimbunan yang dapat menyebabkan instabilitas harga,” ungkap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulut Peter Jacobs. (mardi)
Tidak ada komentar