![]() |
Kondisi Pantai Bunaken 2 Januari 2017. |
TELEGRAF- Salah seorang akademisi Unsrat, Stefan Obadja Voges mengkisahkan pengalaman yang kurang menarik bahkan membuatnya malu, saat mendampingi rekan-rekannya mengunjungi Taman Laut Bunaken.
Dikisahkannya, pada Tanggal 2 Januari 2017 lalu, ia menemani rombongan tamu dari Jakarta yang ingin melihat keindahan Taman Laut Bunaken.
“Betapa terkejutnya kami ketika tiba di lokasi, melihat begitu banyak sampah yang telah mencemari Pantai Bunaken, bahkan di daerah dermaga tempat turun-naiknya penumpang,” ujar Voges, sapaan akrab Dosen di Fakultas Hukum Unsrat ini mengawali cerita.
Melihat kondisi tersebut, Voges mengaku merasa malu, ditambah pernyataan rekannya yang menanggapi situasi yang kala itu terpampang didepan mata mereka.
“Jelas saja saya menjadi malu karena mendengar seruan pertama mereka. Wuih kotornya!. Kok begini pantainya? Di pamflet-pamflet ga sesuai banget isi promosinya. Dan memang benar, sampah disana luar biasa banyaknya. Bahkan ada yang sudah tidak mau turun kena air, takut alergi gatal-gatal. Saya hanya bisa menahan malu dan berusaha menjelaskan upaya-upaya yang sudah dilakukan selama ini oleh pemerintah dan masyarakat sekitar untuk membersihkan sampah,” ungkapnya sembari mengutip beberapa pendapat rekannya tersebut.
Rasa malu Voges pun makin bertambah, karena upaya memberikan pengertian terkait perhatian yang diberikan pemerintah dan masyarakat untuk keindahan Bunaken, ditanggapi dengan sebuah pernyataan yang diberengi contoh yang sulit disangkal.
“Tapi malah disambung dengan kalimat, masyarakat sekitar mana Om? Ini kok masyarakatnya malah kelihatan sudah terbiasa dengan kondisi kotor begini!?. Tuh lihat mereka lalu lalang depan sampah seperti ga jijik ada sampah numpuk di sekelilingnya, bahkan jualan makanan pula! Udah yuk kita snorkling aja trus balik Manado,” tambahnya mengutip percakapan rekannya.
Voges kemudian mempostingan foto yang menggambarkan situasi yang Bunaken saat itu, dimana sampah bertebaran dimana-mana tanpa perhatian dari pihak pengelola maupun masyarakat setempat.
“Saya tidak tahu harus di taruh di mana muka ini, makanya kemarin saya hanya bisa mengambil beberapa gambar dengan hp saya, kemudian saya posting dengan judul Welcome to Bunaken. Biar teman-teman Sosmed saja yang menilai. Karena untuk membahas bagaimana mengatasi persoalan sampah Bunaken, kayaknya sudah banyak sekali langkah-langkah yang dilakukan oleh banyak elemen masyarakat dan pemerintah dalam kurun 20 tahun belakangan ini. Bahkan sudah ada DPTNB, tapi ternyata Bunaken begitu-begitu saja. Miris ya?,” tutur Voges menutup. (LeKa)
Tidak ada komentar