Icon Fest 2016, Tampilkan Fashion Bertema Demonstrasi Ala Distro Kampung Merdeka

FOX News
18 Sep 2016 03:36
Nasional 0 20
2 menit membaca
TELEGRAF– Ruang dan waktu bukanlah halangan dalam menyampaikan ide dan gagasan. Entah itu bersifat kritikan atau hanya sekedar menyalurkan ide dan bakat serta keluh kesah, atas fenomena sosial di negeri ini.
Seperti yang dilakoni Iskandar Cito. Mantan aktivis mahasiswa yang pernah mengenyam studi di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, ini.
Cito, punya cara tersendiri, soal kritikan dan ide tentang realitas bangsa ini, dia menyalurkannya lewat untaian kanvas yang dituangkan di atas baju.
Hasilnya, produk baju-baju bertema kritik sosial itu dijadikan usaha distro. Semua kreasi tersebut, ditampilkannya dalam stand bernama kampung merdeka pada event promosi fashion yang berlangsung di Celebes Convention Center (CCC) Kota Makassar, selama tiga hari sejak 16-18 September 2016 yang merupakan event fashion terbesar di Indonesia Timur.
Diwawancarai telegrafnews.co Sabtu (17/9) 2016, malam tadi. Cito menjelaskan, pilihan kreasinya dalam fashion bertema kritik sosial itu, terinspirasi saat dirinya masih duduk di bangku kuliah, beberapa tahun silam.
Ketika itu, Cito menaiki angkot menuju kampus. Dalam angkot, dia mendengar keluhan seorang ibu yang sedang sakit hendak berobat, menyampaikan tindakan mahasiswa yang kerap menyebabkan jalanan macet karena berdemo hingga meresahkan warga lainnya.
“Berawal itulah, saya kemudian mencoba menuangkan isi kritik sosial lewat pembuatan baju-baju yang bertuliskan dinamika sosial sebagai isyarat aspirasi rakyat Indonesia terhadap kondisi kebangsaan,” urainya saat ditemui di pelaksaanan event clothing yang digagas Indonesia Celebes Clothing Association (ICCA) bersama PT Dyandrah Promosindo bertajuk Icon Clothing Festival (Icon Fest) 2016.
Nick selaku penjaga distro kampung merdeka menjelaskan, usaha fashion bertema kritik sosial bisa menggambarkan sebuah demonstrasi yang dipadu dalam kemasan visual kain.
“Usaha ini dimulai ada 17 Agustus 2012 silam. Makanya distro ini dinamai distro kampung merdeka. Adapun tulisan-tulisan di baju itu, umumnya menyangkut kata-kata aspirasi yang disampaikan warga sesuai realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat,” tandasnya.
Selain didesain sendiri, umumnya kata-kaya kritik sosial itu, merupakan permintaan masyarakat menyangkut kondisi kebangsaan. Semisal, masalah ekonomi, korupsi, penegakan hukum dan lainnya. 
Pesanan kata-kata aspirasi dari warga itu, kemudian diproduksi. Harapan kami adalah, baju-baju berisi tulisan kritikan maupun masukan itu bisa dilihat pemerintah sehingga diimplikasikan sesuai harapan rakyat.
“Secara umum, baju-baju berisi kritik sosial yang kami hadirkan. Paling disukai masyarakat, terutama di Makassar. Bahkan dari sekian banyak produk-produk yang kami tampilkan, sudah ada beberapa yang ditindaklanjuti pemerintah maupun legislator,” tandasnya sembari menambahkan kalau perkembangan trend dunia fashion bisa menjadi wadah untuk penyampaian aspirasi tanpa harus demonstrasi di jalanan terbuka. (Andreow Sumanti)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *