Inflasi Sulut Terendah di Indonesia, Tapi Bapok Mahal

FOX News
24 Okt 2016 16:04
2 menit membaca
Olly Dondokambey. (mardi/telegrafnews)

TELEGRAF- Grafik harga sandang, pangan, dan bahan pokok (bapok) lainnya di Sulawesi Utara (Sulut), belum stabil. Sementara Inflasi membusungkan dada sebagai sebagai inflasi tahunan terendah di Indonesia.

Terdata, inflasi Sulut pada September 2016 sebesar 2,28% YoY. Secara tahunan kelender angka inflasi Sulut tercatat sebesar -0,94% YtD.

Beberapa ibu rumah tangga dan pewarung mengaku, harga kebutuhan bapok dipasaran masih mahal. Dua dari tiga yang masuk dalam komposisi bawang-rica-tomat (Barito), yakni cabai dan bawang, masih mahal.

“Minggu lalu saya beli cabai rawit Rp27.000/Kg, kini naik menjadi Rp30.000/Kg. Paling parah lagi cabai keriting naik Rp5.000/Kg, dari Rp33.000/Kg di minggu lalu, awal pekan ini menjadi Rp38.000/Kg,” ujar Yenny Kaligis, pewarung makanan siap saji ini pada telegrafnews.co, di Pasar Tradisional Karombasan, Senin (24/10) 2016.

Hesty Rompas, IRT juga mengaku kesal dengan tingginya kebutuhan dapur. “Kemarin saya beli tomat apel masih Rp8.000/Kg, hari ini (Senin) sudah Rp17.000/Kg, parah,” ujar Hesty dengan nada kecewa.

Sementara Herdyan pedagang cabo (pakaian bekas) mengaku, harga pakaian saat ini belum stabil. Tapi jika dilihat dari pergerakan harga, ada kenaikan tapi tidak terlalu berdampak pada daya beli masyarakat.

“Saya sebagai pelaku usaha, tak jarang juga belanja kebutuhan dapur buat istri di rumah. Saya lihat memang ada beberapa bapok belum stabil. Misalnya kelas bapok, hal ini wajar sebab seperti diketahui saat ini masa panen cabai dan tomat menipis,” ungkap bapak satu anak ini.

Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut Peter Jacobs mengatakan, rendahnya inflasi di tahun ini harus disikapi dengan positif. BI melihat inflasi rendah di Sulut bukan berasal dari faktor perlambatan permintaan maupun perekonomian yang melemah.

“Namun lebih pada stabilitas harga komoditas administrered prices dan komoditas pangan terutama bumbu-bumbuan yang lebih terjaga,” jelas Peter.

Melihat kondisi tersebut, Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengaku, pihaknya akan melakukan operasi pasar, baik di daratan utama Sulut maupun di kepulauan.

“Ini tugas Bulog dan Disperindag Sulut, untuk ikut menstabilkan harga dengan cara gelar operasi pasar,” tegas Olly.

Lanjut Olly, pertumbuhan ekonomi saat ini masih cukup kuat dan dalam fase ekseleratif medio triwulan II/2016 ini. Selain itu, pemerintah juga akan mendorong sektor pariwisata tahun ini.

“Kami berharap dengan kerjakeras bersama, akhir tahun ini inflasi Sulut ditaksir berada dikisaran 2,1%,” ungkap Olly. (mardi)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *