![]() |
Caption: Seorang pegecer cabai menanti pembeli.(mardi/telegrafnews) |
TELEGRAF- Harga cabai rawit di beberapa sentra pasar tradisional di Sulawesi Utara (Sulut) mengalami kenaikan drastis.
Di Pasar Tradisional Karombasan, Manado misalnya, cabai rawit dari sebelumnya dipatok Rp16.950/Kilogram (Kg), Senin, (17/10) 2016 menjadi Rp27.600/Kg atau mengalami kenaikan 62,83%.
Helmi Tamaung, pedagang bumbu dapur di Pasar Karombasan mengatakan, naiknya harga cabai diakibatkan pasokan dari distributor berkurang.
Jika dalam seminggu empat kali pengangkut cabai datang, sudah sepekan ini sisa dua mobil dengan kapasitas rata-rata 2 ton, dari normalnya 5 ton.
“Jadi kalau kita tidak berebutan, tidak dapat. Sementara permintaan semakin tinggi, itu penyebabnya harga cabai naik,” kata Helmi pada Telegrafnews.co.
Diketahui, rata-rata pasokan cabai masuk ke beberapa pasar tradisional di Kota Manado dan kabupaten/kota lainnya di Sulut. Sekitar 50% bersumber dari sentra produksi cabai di Provinsi Gorontalo. Selebihnya dari Bolaang Mongondow (Bolmong), Wori-Manado, dan beberapa sentra produksi kelas sedang di Sulut.
Sukri Koto, penyaluran cabai dari Bolsel mengatakan, khusus untuk kuota cabai miliknya, masih bisa memenuhi pasar 2-3 ton per minggu.
“Sebenarnya produksi kami masih banyak. Kendalanya, beberapa pemetik kami pulang kampung ke Gorontalo. Tapi panen di Gorontalo juga sudah menipis,” kata Sukri.
Pakar Ekonomi Agus Tony Poputra menilai, naiknya harga cabai adalah hal yang wajar.
“Naiknya harga cabai berimbas pada hukum ekonomi, permintaan banyak sementara produksi kurang,” jelas Agus.
Hal harus dijaga, kata Agus, instansi/institusi terkait harus melihat kondisi pasar. Takutnya ada oknum yang memanfaatkan kesempatan, dengan cara menampung.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut Jenny Karouw mengatakan, setiap hari pihaknya melakukan pengontrolan harga bahan pokok (bapok) di pasar-pasar.
“Memang saat ini hargai cabai naik drastis. Hal ini diakibatkan kurangnya pasokan, dan kenaikan ini normal,” ujar Jenny.
Berdasarkan data harga bapok yang dirilis Disperindag Sulut per 17 Oktober, sedikitnya ada 3 dari 25 bapok yang mengalami perubahan harga. Tomat apel naik 72,83%, menjadi Rp7.950/Kg, dari sebelumnya Rp4.600/Kg.
Selanjutnya kelas bawang, turun tipis. Bawang merah dari Rp41.300/Kg, turun menjadi Rp40.300/Kg, bawang putih sebelumnya dibandrol Rp49.650/Kg, saat ini dipatok Rp40.300/Kg.
Sementara harga bapok lainnya seperti beras, gula, minyak goreng, tepung, daging, telur, garam, kacang, ikan, ketela, dan jagung, masih dilevel harga normal. (mardi)
Tidak ada komentar