 |
Mesin penumbuk emas ‘dodutu’ peninggalan Belanda sejak 1910 kini menjadi destinasi wisata. (rifka/telegraf) |
TELEGRAF- Sejarah bagian dari kehidupan suatu daerah. Nah, di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) ada peninggalan sejarah dari Belanda yang masih disimpan sampai saat ini, yaitu sebuah alat penumbuk atau orang Sulut biasa menyebutnya ‘dodutu’ penembuk biji emas.
Peninggalan sejarah tersebut bisa anda jumpai dengan muda, pemerintah Mitra, menempatkannya di pesisir Pantai Lakban, Kecamatan Ratatotok, sebagai bagian situs sejarah sekaligus potensi pariwisata daerah.
Sesuai informasi dirangkum Telegrafnews.co, alat penumbuk emas ini bermula saat pembukaan kawasan tambang emas di Gunung Tottik, daerah Ratatotok, Mitra.
Penggunaan alat penumbuk biji emas dibangun Belanda sebanyak 20 buah pada tahun 1900, dengan sarana pengangkutan menggunakan Lori atau kereta tradisional.
Pada tahun 1910, Belanda menambahkan alat atau mesin ini menjadi 60 unit penumbuk biji emas, hasil olahan emas menggunakan alat ini mencapai total produksi sebanyak 5.060 Kg emas yang di tambang pada tahun 1900 dan 1921 dari sebagian endapan eluvial.
Alat penumbuk biji emas di letakkan di kawasan wisata Pantai Lakban, sebab kawasan pembangunan mesin penumbuk biji emas ini berada di tepi pantai Ratatotok pada masa Belanda.
Tahun 2010 dipindahkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Minahasa Tenggara dan PT Newmont Minahasa Raya ke tempat sekarang, untuk dijadikan lokasi ini sebagai sebuah destinasi objek wisata open site museum di pantai Lakban, dengan pengelolaan dan pemanfaatan pariwisata oleh Pemerintah Kabupaten Mitra. (rifka)
Tidak ada komentar