 |
Prof.DR.Julyeta P.A Runtuwene MS DEA |
TELEGRAF– Sejak ditetapkannya biaya kuliah tunggal (BKT) dan uang kuliah tunggal (UKT) di Unima, seharusnya tidak ada lagi pungutan liar (Pungli).
Faktanya, dua program tersebut tidak diindahkan oleh sejumlah oknum di Unima. Banyak laporan mahasiswa, bahwa pungutan masih saja menimpah mereka.
Misalkan, pendaftaran ujian, wisuda, hingga jual beli nilai mata kuliah. Kebiasaan ini diduga memupuk mutu dan lulusan Unima, sehingga menodai integritas dosen karena mahasiswa memperoleh nilai secara instan.
Rektor Prof DR Julyeta P A Runtuwene MS DEA dengan lantang mengatakan, tekadnya akan mengangkat mutu Unima, dimulai dari memutus mata rantai kebrobrokan akademik tersebut.
“Saya mengajak seluruh penyelenggara pendidikan kampus agar secara bersama berpartisipasi aktif dalam gerakan transformasi Unima dan memberantas pungutan liar seperti itu,” tegas Runtuwene di hadapan mahasiswa Bidik Misi, pekan lalu.
Runtuwene memperingatkan, bagi siapapun di Unima tidak boleh menginisiasi atau bahkan membiarkan adanya Pungli.
“Dengan uang kuliah tunggal, semestinya tidak ada lagi pungutan lain-lain di Unima,” ujar rektor perempuan pertama di Kampus Biru ini.
Adanya dugaan ini, segera diseriusi dan mengawasi secara langsung, proses perkuliahan sehingga kampus bebas pungli.
“Saya akan mengawasi langsung. Minggu depan saya akan turun ke fakultas-fakultas dan memastikan tidak ada lagi Pungli,” tuturnya.
Bila memang terjadi pungutan yang tak terdeteksi olehnya, rektor mendorong mahasiswa yang menjadi korban agar melaporkan langsung kepadanya.
“Saya akan berikan nomor handphone saya. Kalau ada keluhan, silahkan sms. Aduan akan diterima dan pasti di-follow up,” tandasnya. (martsindy rasuh)
Tidak ada komentar