![]() |
Beberapa petani sedang memanen Kankung untuk dijual ke pasar ibu kota (rey/telegrafnews.co) |
TELEGRAF- Untuk mengatasi kesulitan ekonomi keluarga akibat kekeringan yang melanda puluhan hektare sawah di Desa Ambela, Kecamatan Melonguane, Talaud, Sulawesi Utara, yang terjadi selang tiga tahun terakhir, memaksa sejumlah besar petani setempat beralih berprofesi jadi buruh bangunan.
Seorang warga setempat Johan, menuturkan saat bendungan dan saluran irigasi berfungsi normal, para petani menanam padi sebanyak tiga kali dalam setahun. Namun saat bendungan dan saluran irigasi alami kerusakan seperti sekarang ini, para petani mengolah sawah sekali setahun.
Itu pun, katanya, hanya sebagian kecil petani yang lokasi lahannya boleh diairi oleh air hujan. Sebagian besarnya beralih profesi menjadi buruh bangunan karena lahan sawah mereka sama sekali tidak mendapat pasokan air dan kuatir gagal panen akibat kesulitan air.
“Ada beberapa petak sawah saya yang bisa dialiri air hujan. Tapi saya belum berani menanam, kuatir padinya tidak tumbuh baik, karena airnya belum cukup,” ujarnya, Jumat(27/10) 2016.
Johan berharap, bendungan dan saluran irigasi di Ambela yang sedang dalam proses perbaikan segera rampung dan berfungsi normal. Dengan begitu, para petani yang saat ini sudah beralih profesi sebagai buruh bangunan dapat kembali mengolah lahan persawahan.
“Petani Ambela saat ini, umumnya beralih profesi menjadi buruh bangunan pada proyek-proyek di Talaud maupun di luar daerah. Itu terpaksa dilakukan, karena tidak punya cara lain untuk mengatasi kesulitan ekonomi dalam keluarga,” lirinya.
Sementara itu, pantauan Telegragfnews.co, di lokasi persawahan di Ambela, beberapa ibu terlihat memanfaatkan lahan sawah yang kering itu untuk ditanami jagung, sayuran dan bumbu-bumbu.
Hasilnya selain untuk konsumsi keluarga juga dijual ke pasar ibu kota untuk cukupi keuangan keluarga. (reynaldus atapunang)
Tidak ada komentar