 |
Pemeran utama Yusuf dan Zilaikha di film SILARIANG. (andreow/telegraf) |
TELEGRAF- Sebuah film bertema budaya dan tradisi daerah bakal menghiasi bioskop-bioskop seantero tanah air, khususnya di Kota Angin Mamiri.
SILARIANG adalah judul film bergendre tradisi dan budaya lokal Sulawesi Selatan, yang dikemas produser ternama Indonesia sekaligus putra daerah Sulsel yakni Ichwan Persada. Film ini tengah dirampungkan untuk diluncurkan pada 2017, mendatang.
Bekerjasama dengan Inpasti Communika dan Indonesia Sinema Persada, film karya anak negeri ini menceritakan tentang kisah percintaan sepasang muda-mudi Bugis-Makassar, yang ditentang orang tua, hingga akhirnya mereka memilih jalur kawin lari atau SILARIANG dalam bahasa daerah ini.
Film ini tak hanya menampilkan sisi budaya Bugis–Makassar, tetapi penonton akan disuguhi pemandangan alam luar biasa di Rammang-rammang, Maros, Sulawesi Selatan sebagai lokasi syuting.
Ichwan Persada sendiri sudah memiliki pengalaman yang mumpuni sebagai seorang produser dalam masa 10 tahun karirnya di perfilman nasional. Diantaranya pernah menjadi produser nomine film Dokumenter terbaik Festival Film Indonesia pada 2011.
Film SILARIANG akan menjadi karyanya yang ketujuh. Setelah syuting film di Jakarta, Bandung, Solo, Entikong hingga Jepang, kini dia memilih Makassar, kampung halamannya sendiri, untuk menghasilkan karya seninya itu.
“Tema Silariang atau disebut kawin lari sangat unik, sebab mengangkat gendre budaya dan sulit dilakukan pasangan muda yang mengalami hambatan dalam cinta, karena nyawa menjadi taruhannya. Ini menjadi diferensiasi dari film Indonesia kebanyakan,” kata Ichwan kepada telegrafnews.co, kemarin.
Kisah Silariang kali ini, mengangkat kisah cinta antara Yusuf dan Zilaikha. Mereka berdua adalah pasangan kekasih yang saling mencintai, namun asmara keduanya mendapat penolakan luar biasa keluarga mereka. Perbedaan gelar bangsawan menjadi penghalang orang tua mereka, merestui hubungan asmara Yusuf dan Zilaikha, hingga pada satu titik keduanya memilih kawin lari yang disebut Silariang.
“Film ini menarik, karena punya banyak dimensi. Ceritanya juga masih bisa diolah menjadi sesuatu yang segar dan mengejutkan. Dan yang terpenting adalah ia masih bisa relevan dengan khalayak penonton bioskop masa kini,” bebernya.
Dalam garapan film ini, Ichwan menggandeng penulis skenario terkenal yakni Oka Aurora. Dimana Oka Auroa adalah penulis film Hijabers in Love. Meski sudah terkenal, Oka Aurora mengaku deg-degan menggarap naskah film Silariang, padahal pengalamannya sebagai penulis skenario cukup mumpuni dan dipuji dalam Festival Film Bandung 2014.
“Silariang memang menantang tapi juga bikin deg-degan. Karena film ini tak sekedar kisah cinta, juga ada unsur budaya yang cukup kental. Sebagai orang yang bukan berasal dari Makassar, saya harus sangat berhati-hati ketika merangkai adegan demi adegan. Riset dan konsultasi dengan banyak pihak menjadi wajib agar skenario yang kami susun juga menjadi semakin matang, “ ujar perempuan berjilbab ini. (Andreow Sumanti)
Tidak ada komentar