 |
Lahan persawahan di Kabupaten Minahasa.(foto:ist) |
TELEGRAF-Memiriskan, kata itu yang cocok menggambarkan suasana lahan persawahan di Kabupaten Minahasa. Pasalnya, dari ratusan hektare lahan sawah di Tondano Selatan mulai dari Benteng Moraya hingga pertigaan menuju Kampus Unima, tidak lagi difungsikan sebagaimana mestinya. Seperti diketahui, lahan yang beralih fungsi tersebut sekitar 50-60 hektare.
Menurut Kepala Bidang Pengelolaan Lahan dan Air Dinas Pertanian Minahasa DR Ir Margaretha Ratulangi MAP lahan yang dimaksud memang tidak lagi produktif. Itu telah melalui kajian teknis.
“Ketidakproduktifan lahan tersebut karena kelebihan debit air dan airnya cukup dalam. Jadi kalau dimasukkan mesin bajak, bisa tenggelam,” ujarnya.
Dikatakannya, sebagian besar petani yang bekerja di wilayah tersebut hanya sebagai penggarap. Sehingga, konsistensi kerja tidak seperti bekerja di lahan milik sendiri.
“Menurut perhitungan kami luas lahan tersebut dikisaran 50-60 hektare. Itu pun tidak semuanya lahan sawah karena ada juga rawah,” sebutnya.
“Tak mungkin kami memaksakan kalau memang sudah tak produktif. Nantinya petani yang mengolahnya hanya mendapatkan kerugian,” pungkasnya.
Sementara itu, ketika dikonfirmasi salah satu petani Herni Kapoyos mengungkapkan, hal tersebut sangat tidak mendukung program swasembada pangan.
“Mengapa saya katakan demikian? Karena jika optimisme dan diolah dengan baik, pasti lahan itu bisa saja menghasilkan, toh kan tidak semua lahan tergenangi melebihi debit air normal. Tapi, beberapa tahun belakangan ini lahan di wilayah itu tidak lagi ditanami malah dialihfungsikan. Apalagi sudah ada yang mendirikan bangunan dan rumah. Padahal, jika melihat di masa lalu Minahasa merupakan salah satu daerah penghasil padi/beras di Sulut,” sesalnya. (Martsindy Rasuh)
Tidak ada komentar