Emas Bertahan Kuat di Tengah Kenaikan Yield, Target $4.425 Masih Berpeluang

FOX News
22 Des 2025 02:12
Bisnis 0 7
3 menit membaca

Harga emas (XAU/USD) dunia kembali memperlihatkan ketangguhan di tengah kondisi pasar yang sebenarnya kurang ideal bagi logam mulia. Pada perdagangan Jumat lalu (19/12) sesi Amerika Utara, emas tercatat menguat sekitar 0,30%, bertahan di area $4.344, setelah sempat turun hingga $4.309.

Kenaikan ini terjadi meskipun imbal hasil obligasi Treasury AS mengalami peningkatan dan Dolar AS berpeluang menutup pekan dengan penguatan moderat sekitar 0,25%. Situasi ini menegaskan bahwa minat terhadap emas tidak sepenuhnya surut, terutama menjelang akhir tahun ketika ketidakpastian masih membayangi pasar global.

Menurut analisis dari Dupoin Futures Indonesia,   Andy Nugraha menilai bahwa struktur teknikal emas saat ini masih menunjukkan tren bullish yang semakin kuat. Sinyal tersebut tercermin dari kombinasi pola candlestick dan pergerakan indikator Moving Average yang tetap mengarah ke atas. Andy menjelaskan bahwa kemampuan emas untuk tetap menguat di tengah kenaikan yield dan Dolar AS menjadi indikasi adanya permintaan yang solid, baik dari investor institusional maupun pelaku pasar yang mencari perlindungan nilai.

Dari sisi proyeksi teknikal, Andy Nugraha memetakan dua skenario utama pergerakan XAU/USD. Skenario pertama, apabila tekanan beli tetap dominan dan sentimen pasar mendukung, harga emas berpotensi melanjutkan kenaikan menuju area $4.425. Level ini menjadi target kenaikan terdekat yang secara teknikal cukup signifikan. Skenario kedua, jika penguatan kehilangan momentum dan terjadi koreksi, maka level $4.294 dipandang sebagai area support terdekat yang akan diuji pasar dalam jangka pendek.

Pada awal pekan, emas sempat mencetak level tertinggi baru di $4.383, seiring minimnya agenda ekonomi AS dan berkurangnya aktivitas perdagangan karena banyak pelaku pasar mulai memasuki periode libur Natal. Data Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan untuk bulan Desember yang direvisi turun turut memberi dukungan tambahan. Penurunan sentimen ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran konsumen terhadap prospek ekonomi dan pasar tenaga kerja, yang secara tidak langsung memperkuat daya tarik emas sebagai aset aman.

Namun demikian, tekanan terhadap emas juga datang dari sisi kebijakan moneter. Presiden Fed New York, John Williams, menyampaikan bahwa dirinya tidak melihat urgensi untuk segera mengubah kebijakan moneter. Pernyataan bernada netral hingga cenderung hawkish ini sempat mengangkat Dolar AS dan menekan harga emas ke kisaran $4.320, sebelum akhirnya kembali pulih. Selain itu, kenaikan imbal hasil obligasi global turut dipicu oleh keputusan Bank Sentral Jepang yang menaikkan suku bunga, sehingga mendorong yield AS ikut bergerak naik.

Meski imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik ke sekitar 4,147% dan imbal hasil riil mendekati 1,907%, emas tetap mampu bertahan di zona positif. Hal ini menunjukkan bahwa faktor musiman akhir tahun, ketidakpastian ekonomi, serta kebutuhan lindung nilai masih menjadi penopang utama pergerakan harga emas.

Perhatian pasar akan kembali tertuju pada agenda ekonomi AS yang cukup padat pada pekan pendek menjelang Natal, termasuk data ketenagakerjaan ADP, rilis pendahuluan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga, pesanan barang tahan lama, dan produksi industri. Secara keseluruhan, Dupoin Futures Indonesia menilai bahwa outlook harga emas hari ini masih cenderung positif, dengan tren naik tetap terjaga selama harga mampu bertahan di atas area support kunci dan tidak ada perubahan drastis pada sentimen global.

Artikel ini juga tayanh di vritimes