BI Sulut Menilai, Etos Tenaga Kerja Luar Masih Mendominasi

FOX News
24 Okt 2016 15:08
2 menit membaca
Peter Jacobs saat pesentasi (mardi)
TELEGRAF-Bank Indonesia (BI) Sulawesi Utara (Sulut) menilai, etos tenaga kerja lokal di Sulut masih rendah jika dibandingkan dengan tenaga kerja pendatang (luar Sulut).
Hal ini dikatakan Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut Peter Jacobs di acara pembukaan pelatihan tenaga kerja Sulut dan penandatanganan roadmap TPID Sulut di Ruang Tondano, Lantai III, Kantor Perwakilan BI Sulut, Senin (24/10) 2016.
“Selain masalah etos kerja, faktor lainnya adalah kemampuan teknis atau skill yang masih belum memadai,” ujar Peter pada telegrafnews.co dan kepada awak media di depan ratusan tamu undangan.
Menurut Peter, penilaian tersebut tidak dilakukan serta merta. Ini sudah melalui beberapa proses dan survei kemudian dapatlah kesimpulan tersebut. Seperti pendalaman beberapa diskusi bersama FGD, survei, liaison kepada para pelaku usaha.
Selain itu, juga dilakukan diskusi bersama pihak pengelola SDM dari beberapa bank besar di Sulut.
“Dari hasil semua itu, didapatkan informasi bahwa mayoritas peserta rekrutmen level MT/ODP di Sulut, banyak mengalami kegagalan pada tes pisikologi, wawancara, dan tes kesehatan,” terang Peter.
Menyikapi hal tersebut, BI melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) , berinisiatif meluncurkan program penyiapan tenaga kerja unggulan yang mampu memacu kualitas tenaga kerja/pemimpin Sulut di masa depan.
“PSBI ini bertajuk Young Leaders of North Sulawesee (You’ll See). Harapannya, kita dapat melihat para calon pemimpin dari Sulut di masa depan,” pungkas Peter.
Sekedar diketahui, kondisi ketenagakerjaan di Sulut memang perlu mendapatkan perhatian khusus. Berdasarkan data bulan berjalan 2016, tingkat pengangguran terbuka di Sulut tercatat sebesar 7,82%, atau berada di atas level nasional sebesar 5,5%.
Demikian pada data terakhir tingkat pengangguran terdidik di Sulut. Lulusan universitas menempati posisi kedua mencapai 11,59%, dan  teratas adalah lulusan SMK 16,05% tingkat penganggurannya. Rendahnya tingkat kualitas kerja diduga menjadi musababnya.(mardi)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *