Saat Narasi Lama Dipanaskan, PD Pasar Justru Jadi Rujukan Nasional

FOX News
7 Nov 2025 10:19
4 menit membaca

Manado, FOXKAWANUA.COM

Ada sebuah ironi yang menyesakkan sekaligus membanggakan yang sedang dipertontonkan di panggung publik Kota Manado.

​Di satu sudut, ada ‘gertak sambal’ dan upaya “memanaskan” kembali narasi lamasebuah luka dari masa lalu yang sengaja ditiupkan untuk menciptakan framing negatif. Di sudut lain, ada pekerjaan senyap, profesionalisme, dan pembuktian nyata yang berbuah trofi di panggung nasional.

​Ini adalah kisah tentang paradoks PD Pasar Manado. Kisah tentang bagaimana “kerja tulus dan baik” menjadi jawaban paling cerdas dan paling menyentuh untuk membungkam kebisingan.

​ “Luka Lama” yang Dibuka Paksa (2019-2022)

​Narasi negatif yang kini ditiupkan berpusat pada sebuah berita lama (dilansir A-Times.id), tentang dugaan skandal korupsi pengelolaan retribusi dan sewa kios. Angkanya fantastis: dugaan kerugian negara Rp 2,9 Miliar.

​Para peniup framing itu lupa satu hal: data kronologi.

​Secara intelektual, investigasi itu berfokus pada rentang waktu 2019-2022. Laporan yang sama dengan gamblang menyebutkan siapa yang mengendalikan PDPM di masa-masa kelam itu: Stenly Suwuh, Jootje Rumondor, dan Roland Roeroe.

​Nama Lucky Senduk tidak ada di sana.

​Lucky Senduk baru melangkah masuk sebagai (Plt) Dirut pada 18 Mei 2022, tepat di pengujung periode yang kini diusut itu. Secara logika sederhana, ia masuk ke sebuah “rumah” yang sudah terbakar. Namun, framing saat ini secara abnormal mencoba menyiramkan bensin ke petugas pemadamnya.

​Warisan Carut-Marut dan Langkah “Ksatria”

​Apa yang ditemukan Lucky Senduk saat pertama kali masuk? Data dari Kuasa Hukum Dirut Perumnda Pasar (RRI.co.id) melukiskan gambaran yang lebih pilu dari sekadar berita Rp 2,9 Miliar itu.

​Audit Inspektorat (untuk TA 2020 – Mei 2021) menemukan warisan yang jauh lebih berat:

  • Rp 4,3 Miliar belanja tanpa bukti sah.
  • Rp 10 Miliar administrasi pertanggungjawaban tanpa bukti lengkap.
  • Rp 830 Juta pinjaman karyawan yang belum kembali ke kas.

​Di sinilah letak kecerdasan emosional manajemen baru. Mereka tidak berteriak panik. Mereka tidak ikut-ikutan gaduh. Mereka mengambil satu langkah “ksatria” yang tidak pernah dilakukan oleh tiga manajemen sebelumnya: untuk pertama kalinya dalam sejarah PD Pasar yang kini adalah Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Manado sejak Februari 2024, mereka menyewa Jasa Akuntan Publik yang Independen.

​Ini adalah sebuah pernyataan. Sebuah sikap jantan (gentleman) untuk membuka semua data, membersihkan borok, dan memulai era transparansi.

​Saat para “peniup” framing sibuk menggali kuburan masa lalu, manajemen Perumda Pasar Manado di bawah Lucky Senduk sibuk menanam benih di masa kini. Dan benih itu berbuah lebih cepat dari yang diduga.

​Pekerjaan senyap itu kini memiliki suara yang lantang:

  1. Pengakuan Nasional (Mei 2024): Di Jakarta, Perumda Pasar Manado naik ke panggung terhormat, meraih BUMN-BUMD Entrepreneurial Marketing Awards 2024. Faktanya: mereka adalah satu-satunya BUMD pengelola pasar di seluruh Indonesia yang meraih penghargaan bergengsi itu.
  2. Menjadi Rujukan (Jan 2024): Saat orang lain sibuk mencari kesalahan, Pemerintah Kota Gorontalo justru datang untuk belajar. Mereka melakukan studi banding, secara spesifik untuk mempelajari “aspek kenyamanan” yang berhasil diciptakan PD Pasar Manado.
  3. Bukti Digital & Finansial: Reformasi itu nyata. E-retribusi, e-parking, dan QRIS kini menjadi pemandangan standar. Sumbangan PAD Rp 6,4 Miliar di tahun 2023 adalah bukti bahwa profesionalisme menghasilkan pemasukan, bukan kerugian.

​”Skakmat” untuk Framing Abnormal

​Pengamat Kebijakan Publik, Jeffery Sorongan, melihat fenomena ini sebagai sesuatu yang “abnormal” dan sarat motif.

​”Secara intelektual, ini adalah sebuah kejanggalan,” tegas Sorongan. “Sangat tidak cerdas jika framing kegagalan periode 2019-2021, yang penuh temuan audit, kini dibebankan kepada manajemen yang justru meraih BUMD Award di 2024. Ini seperti menyalahkan dokter baru atas penyakit pasien yang diwarisi dari dokter sebelumnya.”

​Sorongan menyebut langkah Lucky Senduk menggunakan Akuntan Publik Independen sebagai “langkah ksatria” yang memisahkan era lama dan era baru.

​”Fakta prestasi ini adalah ‘skakmat’ intelektual bagi siapapun yang mencoba mengaburkan fakta,” lanjutnya. “Anda tidak bisa membantah trofi nasional. Anda tidak bisa membantah studi banding dari daerah lain. Data-data ini membungkam narasi kosong.”

​Pada akhirnya, publik dihadapkan pada dua pilihan sederhana: percaya pada “gertak sambal” dan kebisingan framing yang ahistoris, atau percaya pada trofi BUMD Award yang nyata, pada pasar yang kini lebih bersih, dan pada PAD yang jelas masuk ke kas daerah.

​Perumda Pasar Manado telah memilih jalannya. Mereka membuktikan bahwa jawaban paling cerdas dan paling menyentuh atas sebuah tuduhan bukanlah bantahan, melainkan prestasi.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *