FOXKAWANUA.COM- Di sudut Kepulauan Sangihe yang kaya budaya, Desa Lesabe kembali menggelar ritual sakral yang ditunggu-tunggu setiap tahun—Kuncian Tahun atau dalam bahasa Sangihe disebut Soang Penda’lesabeng. Sebuah perayaan yang bukan sekadar seremonial, melainkan warisan leluhur yang mengandung doa, harapan, dan penghormatan kepada Sang Pencipta.
Pada Rabu, 5 Februari 2025, ribuan pasang mata tertuju pada Desa Lesabe, yang menjadi pusat pelaksanaan tradisi ini bersama desa-desa yang dulunya satu—Lesabe Satu, Bukide, dan Kalagheng. Dalam balutan kain adat, masyarakat berkumpul dengan hati penuh syukur, merayakan pergantian tahun dengan cara yang telah diwariskan turun-temurun.
Lebih dari Sekadar Perayaan, Ini Adalah Doa Bersama
Pjs. Bupati Kepulauan Sangihe, Albert Wounde, dalam sambutannya menegaskan bahwa Kuncian Tahun bukan hanya tentang menari dan berpesta, tetapi sebuah refleksi mendalam.
“Tiga makna utama dalam perayaan ini adalah mengucap syukur atas tahun yang telah berlalu, memohon ampun atas segala kesalahan, dan menyerahkan tahun yang baru dalam penyertaan Tuhan.”
Seolah menyatu dengan alam dan tradisi, Genosis Lambanaung, sang ketua panitia, ikut serta dalam tarian Sa’lo, tarian sakral yang menjadi puncak acara. Dengan penuh khidmat, ia menjelaskan makna dari prosesi puncak, yaitu “Sa’imbangu Wanua”, sebuah ritual sasembahan kepada Sang Pencipta, yang ditutup dengan pemotongan “Tamo”, kue adat berwarna putih dan hitam sebagai simbol keseimbangan laki-laki dan perempuan.
Warisan Leluhur yang Terus Hidup
Tak hanya soal ritual, perayaan ini juga menyatukan semua elemen masyarakat—petani, nelayan, pedagang—dalam kebersamaan. Mesa’imbang, tradisi makan bersama, menjadi bukti bahwa di atas segala perbedaan, ada satu hal yang menyatukan: rasa persaudaraan.
Ketua Adat, Yunius Talumingan, menyampaikan dengan mata berbinar:
“Kuncian Tahun bukan sekadar upacara, tetapi warisan yang harus terus kita jaga. Ini bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang masa depan. Sebuah doa agar tanah kita diberkahi, hasil laut melimpah, dan rakyat tetap bersatu dalam damai.”
Dalam kemeriahan itu, kehadiran Bupati dan Wakil Bupati terpilih Pilkada 2024, serta sejumlah tokoh publik dan adat, semakin mengukuhkan betapa tradisi ini tetap menjadi perekat kuat bagi masyarakat Sangihe.
Seiring dentuman gendang dan suara riuh tawa, Soang Penda’lesabeng bukan hanya menutup tahun lama dan membuka tahun baru—tapi juga membuka harapan, kebersamaan, dan berkah yang tak ternilai harganya. (Alvian)
Tidak ada komentar