|
Didhi Manakara pengamat politik Indonesia Democracy Network. (ist) |
|
TELEGRAF– Peran artis di Pilkada DKI menjadi branding figur bagi masing-masing kandidat dalam pilkada kali ini. Dengan tingkat penggemar yang cukup banyak para artis ini cukup memberi harapan untuk mendulang suara.
Dalam pilkada DKI kali ini, deretan artis ternama di ibukota menjadi media kampanye yang paling efektif. Mereka ditempatkan pada posisi paling strategis, baik itu menjadi jubir atau menjadi ketua tim pemenangan.
Misalnya saja pasangan Ahok – Djarot, timses mereka ini mengunakan artis ternama seperti Sophia Lattjuba. Sophhia menurut Surya Paloh sudah lama masuk dalam partai Nasional Demokrat DKI Jakarta.
Sementara di tim Anies – Sandi, artis yang terkenal dengan cerdas dan pintar melawak Panji Pragiwaksono dipercayakan menjadi Juru Bicara (jubir) tim.
Adapun dari kubu Agus-Sylviana menggunakan pamor penyanyi era 60 –an Desy Ratnasari juga sebagai juru bicara.
Lalu siapa saja deretan artis yang akan berperan di pilkada DKI Jakarta? Sophia Latjuba (Ahok-Djarot), Ruhut Poltak Sitompul (Ahok-Djarot), Moreno Suprapto (Anies-Sandiaga), Hengki Kurniawan (Anies-Sandiaga), Hemalia Putri (Anies-Sandiaga), Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio (Agus-Sylvi).
Selain nama di atas, sejumlah artis lainnya juga akan ramai mewarnai pikada DKI. Namun komentar kritis berasal dari pengamat politik Indonesia Democracy Network (IDN), Didhi Manakara.
Menurut Didhi kehadiran para artis ibukota hanya menjadi pamor politik bagi kandidat, tapi belum tentu mampu membuktikan kualitas kepemimpinan.
“Ya, soal menaikkan pamor di masyarakat mungkin bisa saja, para artis kan memiliki banyak pengemar. Tapi apakah artis tersebut mampu membuktikan kualitas calonnya? Saya rasa tidak seperti itu” pungkas Didi Manakara yang juga lulusan Fisip UMJ, saat dikonfirmasi telegrafnews.co melalui pesan elektronik di Jakarta, Minggu (9/10) 2016. (amie wata)
Tidak ada komentar