29 Tahun jadi Penyapu Jalan, Oma Risna juga Hidupi Janda dan Dua anak Yatim

FOX News
21 Sep 2016 07:22
3 menit membaca
Oma Risna duduk istraht usai bekerja (mardi/telegraf)
TELEGRAF– Keterbatasan ekonomi tak menjadi penghalang Risna Igirisa yang akrab disapa Oma Risna ini menjadi satu-satunya motor perekonomian keluarga demi menghidupi sang suami, oma janda, dan sepasang anak yatim piatu terlantar untuk dinafkahinya.
Ditemui di sela-sela kesibukan, dengan lincahnya menyapu dan tak kalah dengan usia muda seprofesinya di ruas Jalan Sam Ratulangi, Kota Bitung, Sulawesi Utara, Rabu, (21/9) siang tadi. Ia mengaku sangat senang dengan pekerjaan yang digelutinya sejak 1987 silam hingga kini.
“Selama bekerja halal, saya tidak malu  sebagai tenaga kontrak tukang sapu yang sudah saya geluti selama 29 tahun ini,” kata Oma Risna pada telegrafnews, siang tadi.
Ya, Oma Risna adalah salah satu dari sekian tenaga kontrak tukang sapu yang mengantarkan Kota Bitung meraih Piala Adipura, 10 kali berturut-turut.
Wajah keriput dan usia tidak muda lagi memang sudah sepantasnya Oma Risna menikmati masa tua bersama keluarga di rumah. Namun apa daya, sejak pernikahannya dengan Syamsuddin 2009 silam, hingga saat ini Sang Khalik belum memberinya keturunan (anak).
Meski demikian, kini ia merawat sepasang anak yatim piatu terlantar sejak masih bayi dan anak-anak. Rezky dua tahun dan Amelia lima tahun. Kini Amelia sudah berusia 13 tahun dan Rezky 7 tahun, serta satu lagi seorang oma janda.
Namun disayangkan, kedua anak tersebut terpaksa putus sekolah lantaran gaji Oma Risna tak mampu menyekolahkannya meskipun kedua anak ini memiliki cita-cita mulia, yakni membahagiakan kedua orang tua angkatnya.
Sementara Syamsuddin, suami Oma Risna yang sakit dan sudah memasuki usia tiga tahun ini, pun tidak bisa berbuat apa-apa, karena terkena penyakit mata katarak total (tak mampu melihat lagi). Tak terkecuali dengan Oma Risna, juga memiliki penyakit, yakni kurang pendengaran karena faktor usia. Namun hal itu tak menghalangi dirinya untuk tetap bekerja.
“Entah sampai kapan saya bekerja seperti ini terus (tukang sapu). Kita lihat saja bagaimana takdir berproses pada kehidupan kami,” jelas Oma Risna tersenyum sembari meneteskan air mata. 
Bagi Oma Risna, kehidupannya kini sudah jauh lebih baik. Di mana  sebelumnya hanya menghabiskan waktu sembari bekerja  dan tidur di bawah pohon beralaskan kardus dan beratapkan langit, karena tak memiliki tempat (rumah) yang layak.
Kini Oma Risna bersama empat anggota keluarganya tinggal di sebuah kosan yang disewanya Rp400.000/bulan di seputaran Tenda Biru, pusat Kota Bitung.
Menurutnya, kosan adalah istana mewah baginya. Pantauan di kosan yang disewa Oma Risna berukuran sekitar 3×4 meter persegi, kondisinya sangat memprihatinkan. Tersambung langsung dengan kamar mandi dihiasai setumpuk pakaian dan peralatan makan yang teronggok tidak beraturan. Di dalam bilik itu juga tak terlihat kasur, hanya dua lembar tikar.
Lebih miris dan menyayat hati lagi, keluarga ini hanya makan dua kali sehari tanpa lauk. Pagi hari dua bungkus mie instan dimakan berlima tanpa nasi. Sementara menu malam hari, setengah liter beras dimasak, pun dimakan bersma, tanpa lauk.
“Mau diapalagi, takdir sudah menggariskan seperti ini. Kami bersyukur sebab hingga saat ini Tuhan masih memberi kami nafas,” ujar Syamsuddin.
Sementara itu, kedua anak yatim piatu yang dirawat lansia tersebut berharap, keajaiban segera datang dari Sang pencipta melalui orang lain agar bisa membantunya bersekolah kembali hingga mendapatkan ijazah, agar kelak cita-citanya membahagiakan orang tua angkatnya terkabulkan.
“Cita-cita kami hanya satu, ingin membahagiakan orang tua angkat yang sudah kami anggap bapak dan ibu kandung kami sendiri,” terang Amelia.
Tak berlebihan jika diperhitungkan perjuangan demi daerah dan tak sedikit sertifikat penghargaan yang didapatkan Oma Risna sebagai tukang sapu teladan di Kota Bitung. Pemerintah memberikan hunian layak dan permanen pada keluarga kecil ini, serta mempedulikan nasib sepasang yatim piatu yang dirawatnya untuk melanjutkan sekolah demi generasi penerus bangsa. Ataukah mungkin masih ada relawan/seseorang yang mau membantu keluarga ini?. (mardi)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *