 |
Salah satu kapal pendukung program Tol Laut (ist) |
TELEGRAF – Manfaat kehadiran Tol Laut belum dirasakan
masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud. Yahya, warga Moronge, mengatakan adanya Tol Laut belum mampu
menekan atau membuat harga bahan pokok dan bangunan lebih murah di pasaran. Dia
mencontohkan, semen saat ini masih dilepas penjual seharga Rp75 ribu atau bila
diantar di tempat dipatok Rp80 ribu.
“Saya pikir dengan Tol Laut harga barang, terutama
produk-produk yang dibawah melalui Tol Laut, bisa ditekan. Namun ternyata tidak
karena warga tetap membeli dengan harga seperti biasanya sebelum ada Tol
Laut,” katanya.
Begitu juga di ibu kota, Melonguane, harga semen, masih
dijual dengan harga Rp80 ribu atau Rp85 ribu bila diantar langsung oleh
penjual.
Di sisi lain, Renalto Tumarah, Ketua Garda Tipikor Talaud,
menilai Tol Laut di Talaud belum efektif, sebab kapal hanya merapat di dermaga
Lirung. Sedangkan, warga Talaud terkonsentrasi pada sejumlah pulau yang
terpisah.
“Kalau memang benar-benar pemerintah mau melayani
masyarakat, seharusnya titik hanya di Lirung. Kapal seharusnya juga merapat di
Melonguane, Mangaran, Beo. Juga harus masuk hingga ke utara di Kecamatan Nanusa
bahkan ke Miangas,” imbuhnya.
Diketahui Tol Laut yang melayani masyarakat di Talaud mulai
beroperasi sejak Mei 2016 lalu melalui Kapal Motor (KM) Caraka Jaya Niaga III –
32 milik PT Pelni. Rute tetap KM Caraka 32 yaitu
Makassar-Tahuna-Lirung-Morotai-Tobelo-Ternate-Babang (PP) dan setiap 21 hari
kapal kembali lagi ke Pelabuhan Makassar. Demikian juga pelabuhan-pelabuhan
yang lainnya.
Kapal tersebut membawa sejumlah kontener berisi gula putih,
semen putih, terigu, beras serta bahan kebutuhan masyarakat lainnya yang selama
ini harganya sangat mahal di, termasuk di Talaud. (reynaldus atapunang)
Tidak ada komentar