Mahasiswa Geothermal Unima Protes Runtuwene

FOX News
26 Sep 2016 18:57
2 menit membaca
Aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa Unima. (ist)

TELEGRAF- Aksi unjuk rasa terus terjadi di kampus Universitas Negeri Manado (Unima). Giliran mahasiswa Geothermal menggelar demonstrasi. Aksi protes terhadap rektorat Unima berlangsung sejak siang hingga sore, Senin (26/9) tadi.
 
Tuntutan mahasiswa Geothermal tak jauh berbeda dengan mahasiswa farmasi yang menggelar demo sebelumnya. Mereka menolak dipindahkan ke program studi (Prodi) Fisika dan meminta pertanggungjawaban rektorat Unima, memperjuangkan izin Prodi Geothermal.

“Kami datang untuk menuntut hak. Jangan menghancurkan masa depan kami. Kami menuntut adanya Prodi Geothermal. Kami anak kandung Unima. Ibu rektor harus membantu kami,” teriak para orator  Chriestio Naray, Devis Pakila dan Bella Tumiir.
Rektor Unima Prof Dr Julyeta P A Runtuwene MS DEA dengan kedewasaan berani menerima para mahasiswa. Dengan terbuka, dirinya memberikan kesempatan mahasiswa Farmasi juga Geothermal yang bertepatan hadir saat itu untuk menyampaikan unek-unek.
Mahasiswa Farmasi sempat mengajukan surat tuntutan kepada rektor. Bahkan meminta Unima segera mengurus izin Prodi Farmasi. Mereka juga meminta ganti rugi sebesar Rp300 juta per mahasiswa khusus semester 11, Rp250 juta semester 9, Rp200 juta semester 7, Rp150 semester 5, Rp100 juta semester 3 dan Rp50 juta semester 1.

“Kami bisa pindah karena belum ada kepastian. Kami mahasiswa farmasi akan pindah. Tapi Unima harus bertanggung jawab dan mengganti rugi biaya kuliah kami. Karena kami tidak punya uang untuk pindah,” ujar Yullin Lololuan.
Dalam dialog tersebut, Runtuwene yang didampingi Pembantu Rektor (PR) I Prof Dr Deitje Adolfien Katuuk MPd menegaskan, sangat gembira bila Farmasi dan Geothermal bisa mendapatkan izin Prodi. Akan tetapi, itu semua pusat yang menentukan. Apalagi, menurut Runtuwene, semua harus berdasarkan aturan.

“Saya sangat menyesali dan minta maaf untuk semua yang terjadi. Mari bersama kita selesaikan ini. Kalau kalian bertahan tentu akan rugi. Terima kasih saya sangat menghargai, ini belum selesai dan masih berlanjut,” tutur Runtuwene. (Martsindy Rasuh)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *