Dalam Sehari Yaki Mampu 10 Kali ‘Berbulan Madu’

FOX News
2 Okt 2016 03:26
2 menit membaca
Yaki (macaca nigra) Cagar alam Tangkoko (mardi/telegraf)
TELEGRAF-Pasangan yang melepas masa lajangnya lalu berbulan madu, adalah kebahagiaan yang tiada bandingnya, serta selanjutnya terserah Anda.
Tapi bagaimana jika bulan madu dan kawin 10 kali sehari? Hal inilah yang menjadi salah satu sifat khas Yaki atau (Macaca nigra), yang hanya ada di ujung Utara Indonesia ini, setelah telegrafnews.co melihat dan mengamati langsung di habitat aslinya di Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara.
Mungkin jika disimpulkan, sama seperti manusia, nafsu adalah salah satu pendorong utama.
Uniknya lagi, Yaki tak hanya kawin pada satu betina. Lebih dari satu. Bahkan tak jarang terlihat, satu jantan meng-orgasme-i, 10 betina. Sayangnya, durasi orgasme betina hanya sekitar 5-10 detik. Durasinya hampir sama dengan ayam ketika kawin.
Faktor lainnya yang bisa diambil kesimpulan, kenapa Yaki jantan seenaknya saja kawin dengan Yaki betina lainnya. Pasalnya, di dalam habitatnya, Yaki hidup berkelompok, antara 20-70 ekor.
Setiap kelompok didominasi oleh Yaki betina dibandingkan Yaki jantan. Pada setiap kelompok selalu ada salah satu Yaki dijadikan pemimpin. Mungkin karena faktor lebih banyaknya Yaki betina dibanding Yaki jantan, menjadikan perkawinan mereka tak mengenal musim. 
Karena dibaluti rasa penasaran dan ingin tahu lebih dalam, telegrafnews.co menanyakan hal tersebut pada Petugas Cagar Alam Tangkoko Richard Tinangor.
Menurutnya, Yaki memang mampu kawin 10 bahkan lebih dalam sehari. “Pasangan yang dikawininya bisa lebih dari satu. Cuma durasinya pendek. Yaki itu ibarat nafsu kuda tapi tenaga ayam,” ujar petugas sembari tersenyum, pada telegrafnews.co, akhir pekan lalu.
Dikatakannya lagi, Yaki adalah spesies paling toleran dibandingkan macaca lain, karena Yaki menyukai hubungan sosial.
“Pada musim reproduksi, betina lebih sering hamil pada Bulan Juli hingga Desember; dan musim melahirkan paling tinggi di antara Maret dan April,” jelasnya.
Lanjutnya, apabila curah hujan tinggi, Yaki lebih sering melahirkan. Sebaliknya, jika curah hujan kurang yang melahirkan.
“Ternyata setelah diteliti, penyebabnya  karena banyak makanan pada musim hujan dibandingkan dimusim kemarau. Karena saat ini musim hujan, jadi bukan pemandangan langka bila Yaki kuat kawin berbeda-beda pasangan,” ungkapnya.
Pantauan telegrafnews.co, Cagar Alam Tangkoko memiliki hutan yang landai. Yaki hanya dapat dijumpai ketika wisatawan berjalan masuk ke hutan sekitar 2 Kilometer. Yaki sangat senang bermain di bawah pohon berbuah yang tinggi, sebagai sumber makanan mereka.
Yaki lebih banyak menghabiskan waktunya berjala di tanah pada siang hari, seperti kawin, cari kutu, menyusui, dan berbagai aktivitas lainnya. Ketika malam menjelang, Yaki naik ke pohon untuk tidur.(mardi)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *